Kehidupan sosial dan budaya dari masyarakat Singasari sudah sangat maju dan berkembang pesat, hal ini ditandai dengan kemampuan dari masyarakatnya Singasari yang sudah mampu dalam hal membuat beberapa peninggalan dari kebudayaan Kerajaan Singasari tersebut, antara lain adalah berupa :
1, Prasasti.
2. Bangunan candi.
3. Patung (Arca).
Diantara prasasti-prasasti dari hasil peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain adalah :
1. Prasasti Manjusri.
Prasasti Manjusri merupakan manuskrip yang telah dipahatkan pada bagian belakang Arca Manjusri, bertarikh 1343, pada awalnya ditempatkan di Candi Jago dan sekarang tersimpan di Museum Nasional Jakarta.
2. Prasasti Mula Malurung.
Prasasti Mula Malurung jika sekarang adalah sebagai piagam pengesahan atas penganugrahan desa Mula dan desa Malurung untuk tokoh bernama Pranaraja. Prasasti ini berupa lempengan-lempengan tembaga yang telah dikeluarkan oleh Kertanagara pada tahun 1255 sebagai raja muda di Kediri, atas perintah ayahandanya Wisnuwardhana raja Singasari.
Kumpulan dari lempengan Prasasti Mula Malurung ditemukan pada dua waktu yang berbeda. Sebanyak sepuluh lempeng ditemukan pada tahun 1975 di dekat kota Kediri, Jawa Timur. Sedangkan pada bulan Mei 2001, kembali ditemukan tiga lempengan lainnya di lapak penjual barang loak, tidak jauh dari lokasi penemuan sebelumnya. Keseluruhan lempeng prasasti saat ini sudah tersimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
3. Prasastri Singosari.
Prasasti Singosari, yang bertuliskan tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan Aksara Jawa.
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan dari sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan penentuan tanggal yang sangat terperinci, termasuk penjelasan dari letak benda-benda angkasa. Paruh kedua menunjukkan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara tentang pembangunan sebuah caitya.
4. Prasasti Wurare.
Prasasti Wurare adalah sebuah prasasti yang isinya untuk memperingati penobatan arca Mahaksobhya di sebuah tempat bernama Wurare (sehingga prasastinya disebut dengan nama Prasasti Wurare). Prasasti ini telah ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan bertuliskan 1211 Saka atau 21 November 1289. Prasasti tersebut ditujukan sebagai penghormatan dan perlambangan untuk Raja Kertanegara dari kerajaan Singasari, yang dianggap oleh keturunannya sudah mencapai derajat Jina (Buddha Agung). Sedangkan tulisan prasastinya ditulis melingkar pada bagian bawahnya.
Selanjutnya candi-candi dari hasil peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain adalah :
1. Candi Singosari.
Candi ini tepatnya berlokasi di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan terletak pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan penyebutannya pada Kitab Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang bertanggal 1351 M di halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang telah mangkat (meninggal dunia) pada tahun 1292 akibat penyerangan istana oleh tentara Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang. Terdapat dugaan yang cukup kuat bahwa, candi ini tidak pernah selesai dibangun.
2. Candi Jago.
Arsitektur dari Candi Jago yang disusun seperti teras punden berundak. Candi ini sebenarnya cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita rakyat setempat adalah karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini. Secara keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit.
3. Candi Sumberawan.
Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang telah ditemukan di Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Singasari dan banyak digunakan oleh umat Buddha pada masa itu. Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang sangat bening airnya. Keadaan inilah yang akhirnya memberikan nama terhadap candi tersebut dengan nama Candi Rawan (Sumberawan).
4. Candi Jawi.
Candi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan - Kecamatan Prigen. Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha saja, namun sebenarnya merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singasari, Kertanegara. Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi Singasari. Kedua candi ini tentu ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan untuk Raja Kertanegara.
5. Candi Kidal.
Candi Kidal merupakan salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari. Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 - 1248). Kematian Anusapati yang terbunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singasari, juga diyakini hal itu sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring (seorang empu pembuat keris pesanan dari Ken Arok Raja Pertama Singasari).
Selanjutnya patung atau arca dari hasil peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain adalah :
1. Arca Dwarapala.
Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar. Menurut penjaga situs sejarah ini, arca Dwarapala merupakan pertanda akan masuk ke wilayah kotaraja, namun hingga saat ini sama sekali tidak ditemukan secara pasti dimana letak sesungguhnya dari kotaraja Singasari.
2. Patung Ken Dedes.
Selain arca/patung yang ditemukan diatas, terdapat juga patung lain yang berhasil ditemukan sebagai hasil dari kebudayaan Kerajaan Singasari, patung tersebut adalah Patung Ken Dedes sebagai Dewi Prajnaparamita lambang dewi kesuburan dan Patung Kertanegara sebagai Amoghapasa.
Rakyat Singasari mengalami masa-masa pasang surut kehidupan sejak zaman Ken Arok sampai masa pemerintahan Wisnuwardhana. Pada masa-masa pemerintahan Ken Arok, kehidupan sosial masyarakat sudah sangat terjamin. Kemakmuran dan keteraturan kehidupan sosial masyarakat Singasari kemungkinan besar karena hal inilah yang menyebabkan para brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok atas kekejaman raja mereka sebelumnya.
Akan tetapi, pada masa pemerintahan Anusapati kehidupan masyarakat sudah mulai terabaikan. Hal itu disebabkan karena raja tersebut sangat gemar untuk menyabung ayam sampai benar-benar melupakan urusan kerajaan dan rakyatnya.
Keadaan rakyat Singasari mulai berangsur-angsur membaik setelah Raja Wisnuwardhana naik tahta dan menjadi penguasa Singasari selanjutnya. Kemakmuran semakin dapat dirasakan oleh rakyat Singasari setelah Kertanegara menjadi raja. Pada masa pemerintahan Kertanegara, kerajaan telah dibangun dan mengalami perkembangan yan sangat pesat. Dengan demikian, rakyat juga dapat hidup dengan aman dan sejahtera.
Dengan kerja keras dan usaha yang tidak berhenti, ambisi dan cita-cita dari Kertanegara yang ingin menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah naungan Kerajaan Singasari sudah tercapai juga walaupun masih belum sempurna. Wilayah-wilayah kekuasaannya sudah mencapai sebagian besar pulau Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Melayu, Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
KERUNTUHAN KERAJAAN SINGASARI
Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan dikarenakan oleh dua sebab utama, yaitu :
1. Tekanan Luar Negeri.
Tekanan asing datang dari Khubilai Khan dan Dinasti Yuan dari Cina. Khubilai Khan menghendaki Kerajaan Singasari untuk mau tunduk dan menjadi kerajaan taklukan dari Cina. Sebagai seorang yang mengambil gelar maharajadiraja, tentu saja Raja Kertanegara dengan sangat tegas menolaknya. Penolakan tersebut diwujudkan dengan cara mengusir dan menghina utusan Khubilai Khan yang bernama Meng-chi dengan melukai wajahnya. Sejak saat itu konsentrasi dari Kertanegara hanya terfokus pada bagaimana usahanya untuk memperkuat armada dan pertahanan lautnya.
2. Pemberontakan dari Dalam Kerajaan.
Di tengah-tengah usaha Kertanegara yang mempersiapkan dan mengirim sebagian besar dari pasukan istana ke pesisir yang bertujuan untukmenahan dan menghadapi serangan dari Kekaisaran Mongolia, tiba-tiba saja penguasa dari wilayah Kediri yang bernama Jayakatwang melakukan pemberontakan. Kediri sebagai wilayah kekuasaan terakhir Wangsa Isana, memang sangat berpotensi untuk melakukan pemberontakan. Sebenarnya Kertanegara sudah memperhitungkan tentang kemungkinan ini sebelumnya, sehingga dirinya berupaya untuk memperbaiki keadaan dengan cara mengambil menantu Ardharaja, anak dari Jayakatwang. Akan tetapi langkah dari Kertanegara tersebut ternyata sama sekali tidak efektif. Pada tahun 1292 Jayakatwang mulai menyerbu ibukota kerajaan dan berhasil membunuh Kertanegara serta menguasai istana sehingga saat itulah menjadi saat keruntuhan dari Kerajaan Singasari.
1, Prasasti.
2. Bangunan candi.
3. Patung (Arca).
Diantara prasasti-prasasti dari hasil peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain adalah :
1. Prasasti Manjusri.
Prasasti Manjusri merupakan manuskrip yang telah dipahatkan pada bagian belakang Arca Manjusri, bertarikh 1343, pada awalnya ditempatkan di Candi Jago dan sekarang tersimpan di Museum Nasional Jakarta.
2. Prasasti Mula Malurung.
Prasasti Mula Malurung jika sekarang adalah sebagai piagam pengesahan atas penganugrahan desa Mula dan desa Malurung untuk tokoh bernama Pranaraja. Prasasti ini berupa lempengan-lempengan tembaga yang telah dikeluarkan oleh Kertanagara pada tahun 1255 sebagai raja muda di Kediri, atas perintah ayahandanya Wisnuwardhana raja Singasari.
Kumpulan dari lempengan Prasasti Mula Malurung ditemukan pada dua waktu yang berbeda. Sebanyak sepuluh lempeng ditemukan pada tahun 1975 di dekat kota Kediri, Jawa Timur. Sedangkan pada bulan Mei 2001, kembali ditemukan tiga lempengan lainnya di lapak penjual barang loak, tidak jauh dari lokasi penemuan sebelumnya. Keseluruhan lempeng prasasti saat ini sudah tersimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
3. Prasastri Singosari.
Prasasti Singosari, yang bertuliskan tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan Aksara Jawa.
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan dari sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan penentuan tanggal yang sangat terperinci, termasuk penjelasan dari letak benda-benda angkasa. Paruh kedua menunjukkan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara tentang pembangunan sebuah caitya.
4. Prasasti Wurare.
Prasasti Wurare adalah sebuah prasasti yang isinya untuk memperingati penobatan arca Mahaksobhya di sebuah tempat bernama Wurare (sehingga prasastinya disebut dengan nama Prasasti Wurare). Prasasti ini telah ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan bertuliskan 1211 Saka atau 21 November 1289. Prasasti tersebut ditujukan sebagai penghormatan dan perlambangan untuk Raja Kertanegara dari kerajaan Singasari, yang dianggap oleh keturunannya sudah mencapai derajat Jina (Buddha Agung). Sedangkan tulisan prasastinya ditulis melingkar pada bagian bawahnya.
Selanjutnya candi-candi dari hasil peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain adalah :
1. Candi Singosari.
Candi ini tepatnya berlokasi di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan terletak pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan penyebutannya pada Kitab Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang bertanggal 1351 M di halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat "pendharmaan" bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang telah mangkat (meninggal dunia) pada tahun 1292 akibat penyerangan istana oleh tentara Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang. Terdapat dugaan yang cukup kuat bahwa, candi ini tidak pernah selesai dibangun.
2. Candi Jago.
Arsitektur dari Candi Jago yang disusun seperti teras punden berundak. Candi ini sebenarnya cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita rakyat setempat adalah karena tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini. Secara keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit.
3. Candi Sumberawan.
Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang telah ditemukan di Jawa Timur. Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Singasari dan banyak digunakan oleh umat Buddha pada masa itu. Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang sangat bening airnya. Keadaan inilah yang akhirnya memberikan nama terhadap candi tersebut dengan nama Candi Rawan (Sumberawan).
4. Candi Jawi.
Candi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan - Kecamatan Prigen. Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan Buddha saja, namun sebenarnya merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singasari, Kertanegara. Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi Singasari. Kedua candi ini tentu ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan untuk Raja Kertanegara.
5. Candi Kidal.
Candi Kidal merupakan salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari. Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 - 1248). Kematian Anusapati yang terbunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singasari, juga diyakini hal itu sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring (seorang empu pembuat keris pesanan dari Ken Arok Raja Pertama Singasari).
Selanjutnya patung atau arca dari hasil peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain adalah :
1. Arca Dwarapala.
Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar. Menurut penjaga situs sejarah ini, arca Dwarapala merupakan pertanda akan masuk ke wilayah kotaraja, namun hingga saat ini sama sekali tidak ditemukan secara pasti dimana letak sesungguhnya dari kotaraja Singasari.
2. Patung Ken Dedes.
Selain arca/patung yang ditemukan diatas, terdapat juga patung lain yang berhasil ditemukan sebagai hasil dari kebudayaan Kerajaan Singasari, patung tersebut adalah Patung Ken Dedes sebagai Dewi Prajnaparamita lambang dewi kesuburan dan Patung Kertanegara sebagai Amoghapasa.
Rakyat Singasari mengalami masa-masa pasang surut kehidupan sejak zaman Ken Arok sampai masa pemerintahan Wisnuwardhana. Pada masa-masa pemerintahan Ken Arok, kehidupan sosial masyarakat sudah sangat terjamin. Kemakmuran dan keteraturan kehidupan sosial masyarakat Singasari kemungkinan besar karena hal inilah yang menyebabkan para brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok atas kekejaman raja mereka sebelumnya.
Akan tetapi, pada masa pemerintahan Anusapati kehidupan masyarakat sudah mulai terabaikan. Hal itu disebabkan karena raja tersebut sangat gemar untuk menyabung ayam sampai benar-benar melupakan urusan kerajaan dan rakyatnya.
Keadaan rakyat Singasari mulai berangsur-angsur membaik setelah Raja Wisnuwardhana naik tahta dan menjadi penguasa Singasari selanjutnya. Kemakmuran semakin dapat dirasakan oleh rakyat Singasari setelah Kertanegara menjadi raja. Pada masa pemerintahan Kertanegara, kerajaan telah dibangun dan mengalami perkembangan yan sangat pesat. Dengan demikian, rakyat juga dapat hidup dengan aman dan sejahtera.
Dengan kerja keras dan usaha yang tidak berhenti, ambisi dan cita-cita dari Kertanegara yang ingin menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah naungan Kerajaan Singasari sudah tercapai juga walaupun masih belum sempurna. Wilayah-wilayah kekuasaannya sudah mencapai sebagian besar pulau Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Melayu, Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
KERUNTUHAN KERAJAAN SINGASARI
Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan dikarenakan oleh dua sebab utama, yaitu :
1. Tekanan Luar Negeri.
Tekanan asing datang dari Khubilai Khan dan Dinasti Yuan dari Cina. Khubilai Khan menghendaki Kerajaan Singasari untuk mau tunduk dan menjadi kerajaan taklukan dari Cina. Sebagai seorang yang mengambil gelar maharajadiraja, tentu saja Raja Kertanegara dengan sangat tegas menolaknya. Penolakan tersebut diwujudkan dengan cara mengusir dan menghina utusan Khubilai Khan yang bernama Meng-chi dengan melukai wajahnya. Sejak saat itu konsentrasi dari Kertanegara hanya terfokus pada bagaimana usahanya untuk memperkuat armada dan pertahanan lautnya.
2. Pemberontakan dari Dalam Kerajaan.
Di tengah-tengah usaha Kertanegara yang mempersiapkan dan mengirim sebagian besar dari pasukan istana ke pesisir yang bertujuan untukmenahan dan menghadapi serangan dari Kekaisaran Mongolia, tiba-tiba saja penguasa dari wilayah Kediri yang bernama Jayakatwang melakukan pemberontakan. Kediri sebagai wilayah kekuasaan terakhir Wangsa Isana, memang sangat berpotensi untuk melakukan pemberontakan. Sebenarnya Kertanegara sudah memperhitungkan tentang kemungkinan ini sebelumnya, sehingga dirinya berupaya untuk memperbaiki keadaan dengan cara mengambil menantu Ardharaja, anak dari Jayakatwang. Akan tetapi langkah dari Kertanegara tersebut ternyata sama sekali tidak efektif. Pada tahun 1292 Jayakatwang mulai menyerbu ibukota kerajaan dan berhasil membunuh Kertanegara serta menguasai istana sehingga saat itulah menjadi saat keruntuhan dari Kerajaan Singasari.
Comments
Post a Comment