BERITA DAN BUKTI SEJARAH PENINGGALAN KERAJAAN SRIWIJAYA DI NUSANTARA

Nama dari kata Sriwijaya sudah sangat terkenal dalam perdagangan internasional. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya berbagai sumber-sumber yang dengan jelas menceritakan tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya, seperti beberapa cerita di bawah ini :

1. Berita Dari Negeri Arab.


Diketahui bahwa para pedagang Arab banyak melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya, bahkan disekitar Kerajaan Sriwijaya seringkali ditemukan peninggalan-peninggalan bekas dari perkampungan orang-orang Arab.

2. Berita Dari India.


Diketahui bahwa Keraaan Sriwijaya pernah juga menjalin hubungan dengan Kerajaan dari India, seperti Nalanda dan Colamandala bahkan Kerajaan Nalanda pernah mendirikan prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya.


3. Berita Dari Cina.


Pernah diketahui bahwa para pedagang dari Negeri Cina seringkali singgah dan menyandarkan kapal-kapal dagang mereka di perairan Kerajaan Sriwijaya sebelum melanjutkan perjalanan ke India dan Arab. Berita Cina yang juga menyebutkan pada abad ke-7 di Sumatra telah terdapat beberapa kerajaan,  antara lain adalah : Kerajaan Tulang Bawang yang ada di Sumatra Selatan, Kerajaan Melayu berada di Jambi, dan Kerajaan Sriwijaya.

Keberadaan Kerajaan Sriwijaya ini tentu dapat diperoleh informasinya, misalnya, dari cerita-cerita para pendeta Buddha dari Tiongkok, I-tsing. Pada tahun 671, Ia pernah berangkat dari Kanton ke India, kemudian singgah terlebih dahulu di Kerajaan Sriwijaya selama kurang lebih enam bulan untuk belajar bagaimana tata bahasa Sanskerta. Pada tahun 685, dia kembali ke Kerajaan Sriwijaya dan menetap selama empat tahun hanya untuk sekedar menterjemahkan berbagai kitab suci Buddha dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Tionghoa. Karena dalam kenyataannya, dia tidak dapat menyelesaikan sendiri pekerjaan itu, maka pada tahun 689, dia pergi ke Kanton untuk mencari pembantu dan segera kembali lagi ke Kerajaan Sriwijaya. Selanjutnya, baru pada tahun 695, I-tsing pulang lagi ke Tiongkok.

PENINGGALAN-PENINGGALAN WARISAN BUDAYA KERAJAAN SRIWIJAYA


  • Bangungunan Candi.

1. Candi Muara Takus.


Berdasarkan dari hasil studi dan penelitian yang dilakukan oleh J.L. Moens, Kerajaan Sriwijaya pada awalnya berpusat di Kedah, lalu dipindahkan ke daerah pertemuan antara sungai Kampar Kanan dan Batang Mahat di daerah Muara Takus. Di tempat itulah, terdapat adanya situs Sriwijaya yang berupa Candi Muara Takus.

Dari Berita Negeri Cina diceritakan bahwa pada ibukota Kerajaan Sriwijaya, saat orang yang sedang berdiri di tanah lapang di tengah hari, maka ia tidak akan memiliki bayangan. Hal ini berarti bahwa ibukota Sriwijaya berada tepat di daerah khatulistiwa. Karena Muara Takus berada di daerah khatulistiwa. Moens menduga di situlah situs ibukota Kerajaan Sriwijaya.

  • Peninggalan Prasasti Kuno.


Kerajaan Sriwijaya banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti kuno. Prasasti-prasasti tersebut adalah sebagai berikut.

1. Prasasti Kedukan Bukit.


Berpusat dari Muara Takus, dengan kekuatan yang besar, tentara raja Kerajaan Sriwijaya menyerbu ke daerah Palembang dan menguasainya. Hal itu diberitakan dalam prasasti Kedukan Bukit (tahun 682 Masehi). Kedukan Bukit berada di tepi sungai Talang dekat Palembang. Prasasti tersebut berhuruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno.

Prasati ini ditemukan di kota Palembang pada tahun 605 SM/683 M. Sedangkan isi dari prasasti tersebut adalah ekspansi 8 hari yang dilakukan oleh Raja Dapunta Hyang dengan 20.000 tentara yang berhasil menaklukkan beberapa daerah sehingga Sriwijaya menjadi sangat makmur.

Isi dari Prasasti Kedukan Bukit adalah sebagai berikut :

"Dapunta Hyang berangkat dari Minanga membawa tentara dua laksa (satu laksa 10.000) dan 200 peti (kosa) perbekalan dengan perahu, serta suatu tempat yang bernama Melayu. Pada tanggal 5 paro terang, bulan Asadha (tahun 682 Masehi) dengan suka cita mereka datang di satu tempat dan membuat kota (Wanua) dan Kerajaan Sriwijaya memperoleh kemenangan, perjalanannya berhasil dan seluruh negeri memperoleh kemakmuran".

Menurut N.J. Krom, kejadian itu adalah sebuah monumen yang memperingati tentang penyerbuan tentara Kerajaan Sriwijaya dari Minanga (Minangkabau) untuk menguasai daerah Palembang yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Melayu. Selanjutnya daerah Palembang dijadikan sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya.

2. Prasasti Karang Brahi.


Prasasti Karang Brahi yang ditemukan di tepi Sungai Merangin, anak Sungai Batang Hari di Jambi Hulu tahun 686 Masehi, berisi tentang kutukan kepada mereka yang berani menentang titah raja, seperti yang terdapat pada Prasasti Kota Kapur. Prasasti itu dibuat setelah Kerajaan Sriwijaya menaklukkan Melayu pada tahun 685 Masehi, seperti yang diceritakan oleh I-tsing.

3. Prasasti Talang Tuo.


Prasasti yang ditemukan pada tahun 606 SM/684 M ini yang ditemukan di sebelah barat Palembang.Berbahasa Melayu Kuno dengan huruf Pallawa (tahun 684 M) yang isinya menceritakan tentang pembuatan Taman Sriksetra atas perintah Punta Hyang Sri Joyanasa demi kemakmuran semua makhluk yang berada di Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Talang Tuo . Di samping itu juga masih terdapat doa dan harapan yang menunjukkan sifat dan karakter dari ajaran agama Buddha.

4. Prasasti Kota Kapur.


Prasasti Kota Kapur yang ditemukan dekat Sungai Menduk di Pulau Bangka bagian barat dan berangka tahun 686 Masehi (pada tahun 608 SM/686 M). Prasasti Kota Kapur ini juga berisi sebuah kutukan kepada mereka yang berbuat jahat, tidak tunduk dan jika tidak setia kepada raja maka akan celaka. Pada prasasti tersebut juga dikatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya akan menghukum Bhumi Jawa yang tidak bersedia tunduk kepada Kerajaan Sriwijaya.

Adapun yang dimaksud dengan Bhumi Jawa adalah kerajaan Tarumanegara yang merupakan saingan bagi Kerajaan Sriwijaya dalam dunia perniagaan. Berita dari Negeri Cina selanjutnya telah menyatakan bahwa sejak tahun 666-669 Masehi Tarumanegara mengirim utusan lagi kepada Kerajaan Cina. Hal itu karena batas lautan telah dengan sengaja diblokir oleh Kerajaan Sriwijaya.

5. Prasasti Telaga Batu.


Prasasti Telaga Batu, dekat kota Palembang yang berbahasa Melayu Kuno dan bertuliskan Pallawa. Isinya adalah berupa kutukan-kutukan terhadap siapa saja yang berani melakukan kejahatan dan tidak taat kepada perintah raja Kerajaan Sriwijaya.

Kesimpulan yang dapat diambil dari 1 candi dan dua prasasti lainnya adalah setelah Raja Sriwijaya menguasai daerah Palembang, maka raja berusaha untuk mendapatkan simpati para penduduk wilayah baru ini dengan cara mendirikan taman yang dapat menyenangkan hati para penduduknya.

Namun, pada akhirnya masih tetap saja terdapat rasa ketidak adilan dan mereka berusaha untuk menentang politik sang raja Kerajaan Sriwijaya itu, sehingga raja menjadi sangat marah dan mengeluarkan ancaman terhadap siapa saja yang berani menentang titah raja dan kepada siapa saja yang tidak taat kepada perintahanya.

Prasasti ini sama sekali tidak terdapat angka tahunnya. Prasasti Telaga Batu ini berisi tentang adanya ancaman atau kutukan terhadap para pelaku kejahatan dan para pelanggar perintah dari sang raja.

6. Prasasti Palas di Pasemah.


Prasasti Palas Pasemah yang ditemukan di tepi anak Sungai Sekampung, Lampung Selatan, diperkirakan dibuat pada akhir abad ke-7. Isi dari Prasasti Palas Pasemah adalah hampir sama seperti Prasasti Kota Kapur dan Karang Brahi, yaitu berisi tentang keberhasilan Kerajaan Sriwijaya dalam menduduki Lampung Selatan dan berupa kutukan dan peringatan. Dengan demikian, daerah Lampung Selatan sudah benar-benar dikuasa oleh Kerajaan Sriwijaya.

7. Prasasti Hujung Langit.


Prasasti Hujung Langit, yang lebih dikenal juga dengan nama Prasasti Bawang ini adalah sebuah prasasti batu yang telah ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung, Indonesia. Aksara yang digunakan pada prasasti ini adalah Pallawa dengan bahasa Melayu Kuno. Tulisan pada prasasti ini sudah sangat tidak jelas, namun masih tetap bisa teridentifikasi angka tahunnya 919 Saka atau 997 Masehi.

Inti dari isinya adalah diperkirakan merupakan pemberian tanah Sima.

8. Prasasti Ligor.


Prasasti Ligor adalah prasasti yang terdapat di Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat, selatan atau Thailand). Prasasti ini berupa batu pahatan yang ditulis pada dua sisi, bagian pertama disebutkan bahwa prasasti Ligor sisi depan atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa sedangkan pada bagian lainnya disebut dengan prasasti Ligor sisi belakang.

Dan isinya adalah :

Dari manuskrip Ligor bagian sisi depan ini berisikan berita tentang raja Sriwijaya, raja dari segala raja yang berada di dunia, mendirikan Trisamaya caitya untuk Kajara. Sedangkan dari manuskrip Ligor sisi belakang berangka tahun 775, berisikan berita tentang nama Visnu yang bergelar Sri Maharaja, dari keluarga Śailendravamśa serta dijuluki dengan Śesavvārimadavimathana (pembunuh musuh-musuh yang sombong sampai tidak bersisa).

Demikianlah berita dan bukti tentang keberadaan sejarah dari Kerajaan Sriwijaya di Nusantara, semoga bisa bermanfat untuk Anda sekalian dan terimakasih.


Comments