SEJARAH KERAJAAN GALUH (KABUPATEN CIAMIS)

Dahulu Kerajaan Galuh namun yang sekarang lebih dikenal dengan nama Ciamis memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang. Hal itu terbukti dari berbagai periodisasi yang sudah lama dilalui, yaitu pada masa sejarah, masa kerajaan (abad ke-8 – abad ke-16), masa kekuasaan Mataram, kekuasaan Belanda/Hindia Belanda (pada akhir abad ke-16 – awal tahun 1942), pada masa pendudukan Jepang (awal tahun 1942 – 15 Agustus 1945), dan masa kemerdekaan (17 Agustus 1945 – sekarang). Perjalanan sejarah Kerajaan Galuh yang panjang itu sampai sekarang masih saja belum terungkap secara jelas, bahkan beberapa bagian/episode sejarah Galuh masih sangat “gelap”. Selain itu, sejarah Kerajaan Galuh pada masa kerajaan masih banyak bercampur dengan mitos atau legenda, sehingga cerita tentang keberadaan Kerajaan Galuh pun terdapat bermacam-macam versi.

Belum adanya fakta jelas dan bukti sejarah Kerajaan Galuh yang pasti tentunya disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Pemda (Pemerintah Daerah) Kabupaten Ciamis terkesan sepertinya kurang begitu memperhatikan terhadap cerita dan sejarah daerahnya sendiri.
2. Kurang minat dari para sejarawan lokal untuk mengungkap sejarah keberadaan Kerajaan Galuh, mungkin saja salah satu penyebabnya adalah karena kegiatan tersebut membutuhkan pendanaan yang  cukup besar untuk penelitian sumber bukti sejarahnya. Sekalipun sudah ada hasil penelitian sejarah dari Kerajaan Galuh, namun keterangannya hanya sebatas berupa garis besar saja tentang aspek atau kurun waktu tertentu.

Sejarah bukan hanya tentang memiliki fungsi informatif, namun juga harus berfungsi edukatif, bahkan sesungguhnya memiliki fungsi pragmatik, khususnya bagi pemda daerah setempat. Hal itu karena sejarah adalah suatu proses kausalitas yang selalu ber-kesinambungan. Kehidupan masa sekarang merupakan hasil dari kehidupan masa lalu, dan kehidupan masa mendatang akan tergantung dari sikap kita dalam mengisi kehidupan pada masa sekarang. Oleh karena itu setidaknya kita harus pandai dalam belajar dari sejarah, karena sejarah adalah “obor kebenaran sejati”.

1. Asal Mula Arti Kata Galuh.

Kata “Galuh” berasal dari bahasa Sansakerta yang berarti sejenis batu permata. Kata “galuh” juga biasa digunakan sebagai sebutan untuk seorang ratu yang belum menikah (“raja putri”). Sejarawan W.J. van der Meulen berpendapat bahwa kata “galuh” berasal dari kata “sakaloh” yang berarti “asalnya dari sungai”. Terdapat pula pendapat lain yang menyatakan bahwa kata “galuh” berasal dari kata “galeuh” yang berarti inti atau bagian tengah batang kayu yang paling keras. Pengertian mana yang tepat dari kata “galuh” untuk daerah yang sekarang bernama Ciamis? Hal tersebut sebenarnya memerlukan penjelasan secara khusus dan lebih mendalam.

2. Masa Kerajaan Galuh.

Wilayah Galuh memang pernah menjadi sebuah kerajaan. Namun cerita tentang Kerajaan Galuh, terutama sekali pada bagian awal, penuh sekali dengan aroma mitos. Hal itu disebabkan oleh darimana cerita tersebut berasal terutama dari sumber sekunder berupa naskah yang tertulis jauh setelah Kerajaan Galuh benar-benar lenyap tertutup catatan sejarah. Misalnya saja : Wawacan Sajarah Galuh antara lain menceriterakan bahwa Kerajaan Galuh berlokasi di wilayah Lakbok dan pertama kali diperintah oleh Ratu Galuh. Setelah banjir besar yang dialami oleh Nabi Nuh telah surut, pusat Kerajaan Galuh dipindahkan ke Karangkamulyan dan nama kerajaan berganti menjadi Bojonggaluh.


Dikisahkan pula putra Ratu Galuh, yaitu Ciung Wanara berselisih paham dengan saudaranya Hariang Banga. Perselisihan itu berakhir dengan perdamaian (gencatan senjata), bahwa kekuasaan atas Pulau Jawa akan dibagi menjadi dua. Ciung Wanara berkuasa di Pajajaran sedangkan Hariang Banga menguasasi wilayah Majapahit. Selama belum adanya sumber atau fakta kuat yang mendukungnya, kisah seperti itu merupakan sebuah mitos (Bagi guru sejarah, cerita yang bersifat mitos boleh-boleh saja disampaikan kepada para siswa, dengan catatan harus benar-benar bersifat mendidik, bahwa cerita itu hanyalah suatu mitos yang kebenarannya terlampau sulit untuk dipertanggungjawabkan).

Cerita tentang kebenaran Kerajaan Galuh yang dapat dipercaya hanyalah berita dari sumber primer berupa prasasti, naskah sejaman (ditulis pada jamannya atau tidak jauh dari peristiwa yang telah diceriterakannya), dan sumber lain yang lebih akurat. Menurut sumber-sumber tersebut, Galuh sebagai nama suatu daerah di Jawa Barat/ Dalam Peta Pulau Jawa, kata “galuh” digunakan pula menjadi bagian nama atau bagian nama beberapa tempat, seperti :

1. Galuh Timur (Bumiayu).
2. Galuh (Purbalingga).
3. Rajagaluh (Majalengka).
4. Sirah Galuh (Cilacap).
5. Segaluh.
6. Sungai Begaluh (Leksono).
7. Samigaluh (Purworejo).
8. Hujung (Ujung) Galuh di Jawa Timur).

Telah muncul dalam panggung sejarah pada abad ke-8. Setelah Kerajaan Tarumanagara (abad ke-5 s.d. abad ke-7) berakhir, di wilayah Jawa Barat berdiri suatu Kerajaan Sunda (abad. ke-8 s.d. abad ke-16). Pusat kerajaan tersebut seringkali berpindah-pindah, dari Galuh pindah ke Pakuan Padjajaran/Bogor (± abad ke-11 s.d abad ke-13), kemudian pindah lagi ke Kawali (abad ke-14). Selanjutnya kerajaan tersebut kembali berpusat di Pakuan Padjajaran, sehingga lebih dikenal dengan nama Kerajaan Padjajaran.

Nama kerajaan juga seringkali berubah dengan sebutan nama ibukotanya. Oleh karena itu, tidak heran apabila ketika Kerajaan Sunda beribukota di Galuh, kerajaan tersebut juga disebut Kerajaan Galuh. Diduga kuat bahwa pusat/daerah inti Galuh waktu itu adalah Imbanagara sekarang. Raja terkenal yang berkuasa di Galuh adalah Raja Sanjaya. Ketika kerajaan itu berpusat di Kawali (abad ke-14) diperintah oleh Prabu Maharaja (di kalangan masyarakat setempat, raja ini lebih dikenal dengan nama Maharaja Kawali). Pada masa pemerintahan raja itulah agama Islam sudah mulai masuk ke Kawali dari Cirebon antara tahun 1528 sampai 1530.

Ketika Kerajaan Sunda/Pajajaran ini diperintah oleh Nusiya Mulya (pertengahan abad ke-16), eksistensi kerajaan tersebut telah berakhir akibat gerakan kekuatan Banten di bawah pimpinan Maulana Yusuf dalam rangka menyebarkan agama Islam. Peristiwa itu terjadi tahun 1579/1580. Sejak itu Pakuan Padjajaran berada di bawah kekuasaan Kerajaan Banten.

Setelah Kerajaan Sunda/Padjajaran berakhir, Galuh berdiri sendiri sebagai kerajaan merdeka (1579/1580 – 1595). Sementara itu, berdiri pula Kerajaan Sumedang Larang (± 1580-1620) dengan ibukota Kutamaya. Kerajaan Galuh diperintah oleh Prabu (Maharaja) Cipta Sanghiang di Galuh, putera Prabu Haurkuning. Batas-batas wilayah Kerajaan Galuh waktu itu adalah :

1. Sumedang batas wilayah sebelah utara.
2. Galunggung. Galuh Timur (Bumiayu).
3. Sukapura batas wilayah sebelah barat.
4. Sungai Cijulang batas wilayah sebelah selatan.
5. Sungai Citanduy batas wilayah sebelah timur.

Perlu disebutkan bahwa sebelumnya daerah seperti : Majenang, Dayeuhluhur, dan Pegadingan yang sekarang masuk wilayah Jawa Tengah, semula adalah termasuk wilayah Kerajaan Galuh. Di tempat-tempat tersebut sampai sekarang pun masih terdapat orang-orang yang berbahasa Sunda.




Comments

  1. Wilayah Kecamatan di Kabupaten Ciamis jumlahnya sebanyak 27 wilayah. Sedangkan jumlah desa sebanyak 265 desa. Pusat pemerintahan Kabupaten Ciamis berada di wilayah Kecamatan Ciamis. Berita Reportasee | Peta Kabupaten Ciamis dan Sejarahnya

    ReplyDelete

Post a Comment