Sepeninggalnya Prabu Jayadewata, kekuasaan Sunda-Galuh turun kepada putranya yaitu :
1. Prabu Surawisesa (1521-1535).
2. Prabu Dewatabuanawisesa (1535-1543).
3. Prabu Sakti (1543-1551).
4. Prabu Nilakendra (1551-1567).
5. Prabu Ragamulya atau lebih dikenal dengan Prabu Suryakancana (1567-1579).
Selanjutnya Prabu Suryakancana ini merupakan penguasa dari kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir, karena setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten, mengakibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana dan Kerajaan Padjajaran runtuh.
Keruntuhan kerajaan Sunda terjadi karena setelah ibukota kerajaan dapat ditaklukan oleh Maulana Yusuf pada tahun 1579. Sementara sebelumnya kedua pelabuhan utama Kerajaan Sunda itu juga telah dikuasai oleh Kerajaan Demak pada tahun 1527, Kalapa ditaklukan oleh Fatahillah dan Banten ditaklukan oleh Maulana Hasanuddin. (Catatan sejarah).
Padrao Sunda Kalapa, sebuah pilar batu yang digunakan dalam rangka untuk memperingati perjanjian Sunda-Portugis, Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
Meskipun nama Sunda disebutkan dalam prasasti, naskah-naskah kuno, dan berbagai catatan sejarah dari luar negeri, namun sebenarnya belum begitu banyak prasasti yang ditemukan di Jawa Barat dan secara jelas telah menyebutkan nama kerajaannya, walaupun dalam berbagai sumber kesastraan, secara tegas Sunda merujuk kepada nama suatu kawasan.
Diduga sebelum keruntuhannya tahun 1579, Kerajaan Sunda telah mengalami beberapa kali perpindahan pusat pemerintahannya, dimulai dari Galuh dan akhirnya di Pakuan Padjajaran.
1. Prabu Surawisesa (1521-1535).
2. Prabu Dewatabuanawisesa (1535-1543).
3. Prabu Sakti (1543-1551).
4. Prabu Nilakendra (1551-1567).
5. Prabu Ragamulya atau lebih dikenal dengan Prabu Suryakancana (1567-1579).
Selanjutnya Prabu Suryakancana ini merupakan penguasa dari kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir, karena setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten, mengakibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana dan Kerajaan Padjajaran runtuh.
Keruntuhan kerajaan Sunda terjadi karena setelah ibukota kerajaan dapat ditaklukan oleh Maulana Yusuf pada tahun 1579. Sementara sebelumnya kedua pelabuhan utama Kerajaan Sunda itu juga telah dikuasai oleh Kerajaan Demak pada tahun 1527, Kalapa ditaklukan oleh Fatahillah dan Banten ditaklukan oleh Maulana Hasanuddin. (Catatan sejarah).
Padrao Sunda Kalapa, sebuah pilar batu yang digunakan dalam rangka untuk memperingati perjanjian Sunda-Portugis, Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
Meskipun nama Sunda disebutkan dalam prasasti, naskah-naskah kuno, dan berbagai catatan sejarah dari luar negeri, namun sebenarnya belum begitu banyak prasasti yang ditemukan di Jawa Barat dan secara jelas telah menyebutkan nama kerajaannya, walaupun dalam berbagai sumber kesastraan, secara tegas Sunda merujuk kepada nama suatu kawasan.
Diduga sebelum keruntuhannya tahun 1579, Kerajaan Sunda telah mengalami beberapa kali perpindahan pusat pemerintahannya, dimulai dari Galuh dan akhirnya di Pakuan Padjajaran.
Comments
Post a Comment