Kabar Berita Keberadaan Kerajaan Kalingga dari Tiongkok Cina
Berita keberadaan Ho-ling juga sebenarnya dapat diperoleh dari berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang beserta catatan I-Tsing.
Catatan dari zaman Dinasti Tang
Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberitakan tentang keterangan Kerajaan Ho-ling sebagai berikut :
Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera.
Ibukota Kerajaan Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
Rajanya tinggal di suatu bangunan yang besar dan bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading.
Penduduk dari Kerajaan Ho-ling sudah pandai dalam membuat minuman keras dari bunga kelapa.
Daerah Ho-ling banyak menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.
Catatan lain dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling sudah diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Beliau adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman, damai dan tentram.
Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing pada (tahun 664/665 M) sudah menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana.
Dari Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang banyak menterjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke dalam Bahasa Tionghoa. Dia bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan tersebut antara lain memuat cerita tentang keberadaan Nirwana, namun cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Buddha Hinayana.
Peninggalan Kerajaan Kalingga (Ho-ling)
Peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah :
1. Candi
1. Candi Angin.
Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
2. Candi Bubrah.
Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
2. Prasasti
• Prasasti Tukmas.
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.
• Prasasti Sojomerto.
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan.
• Prasasti Upit (disimpan di Kantor/Dinas Purbakala Jawa Tengah di Prambanan Klaten).
Kampung Ngupit merupakan daerah perdikan, yang dianugerahkan oleh Ratu Shima. Ngupit terletak di Desa Kahuman/Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Prasasti tersebut semula dijadikan alas/bancik padasan tempat untuk wudlu' di Masjid Sogaten, Desa Ngawen. Dan sejak tahun 1992 sudah mulai dipindahkan serta disimpan di Kantor Purbakala Jawa tengah di Prambanan.
Berita keberadaan Ho-ling juga sebenarnya dapat diperoleh dari berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang beserta catatan I-Tsing.
Catatan dari zaman Dinasti Tang
Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberitakan tentang keterangan Kerajaan Ho-ling sebagai berikut :
Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera.
Ibukota Kerajaan Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
Rajanya tinggal di suatu bangunan yang besar dan bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading.
Penduduk dari Kerajaan Ho-ling sudah pandai dalam membuat minuman keras dari bunga kelapa.
Daerah Ho-ling banyak menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.
Catatan lain dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling sudah diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Beliau adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman, damai dan tentram.
Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing pada (tahun 664/665 M) sudah menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana.
Dari Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang banyak menterjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke dalam Bahasa Tionghoa. Dia bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan tersebut antara lain memuat cerita tentang keberadaan Nirwana, namun cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Buddha Hinayana.
Peninggalan Kerajaan Kalingga (Ho-ling)
Peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah :
1. Candi
1. Candi Angin.
Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
2. Candi Bubrah.
Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
2. Prasasti
• Prasasti Tukmas.
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.
• Prasasti Sojomerto.
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan.
• Prasasti Upit (disimpan di Kantor/Dinas Purbakala Jawa Tengah di Prambanan Klaten).
Kampung Ngupit merupakan daerah perdikan, yang dianugerahkan oleh Ratu Shima. Ngupit terletak di Desa Kahuman/Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Prasasti tersebut semula dijadikan alas/bancik padasan tempat untuk wudlu' di Masjid Sogaten, Desa Ngawen. Dan sejak tahun 1992 sudah mulai dipindahkan serta disimpan di Kantor Purbakala Jawa tengah di Prambanan.
Comments
Post a Comment