BUKTI PENINGGALAN SEJARAH KERAJAAN TARUMANEGARA

Terdapat bukti-bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa prasasti batu yang telah ditemukan, sedangkan dari luar negeri berasal dari catatan sejarah kerajaan cina.

Bukti-bukti dari berbagai prasasti tersebut adalah sebagai berikut :

1. Prasasti Kebon Kopi.


Diperkirakan dibuat sekitar tahun 400 M, ditemukan dari perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor. Dalam prasasti ini terdapat lukisan kaki gajah yang melambangkan Airawata yaitu gajah tunggangan Wisnu. Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi :


jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam

Terjemahannya adalah :

"Kedua jejak telapak kaki ini adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa".

Menurut mitologi agama Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanegara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah.

Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang telah memancing perdebatan menegangkan di antara para ahli sejarah tentang makna dan nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai "huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang.

Demikian juga tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki tersebut, ada yang menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan). Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera Taruma dan ukiran sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya sebagai sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun.

2. Prasasti Tugu.


Ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi,(kec Cilingcing, Jakarta Utara) saat omo tersimpan dengan baik dan terawat di museum Jakarta. Prasasti tersebut isinya menjelaskan bahwa penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan solusi tentang bagaimana untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan hebat yang terjadi pada setiap musim kemarau.

Isi Dari Penjelasan Prasasti Tugu Adalah Kurang Lebih Sebagai Berikut :

1. Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu : sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dar dua sungai tersebut menunjukkan tafsiran dari para sarjana sejarah, salah satunya adalah menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.

2. Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.

3. Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan oleh raja.

3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul atau prasasti lebak.


Ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten tahun 1947 berbahasa sansekerta, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.

4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor.


Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Ci Aruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Ci Sadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sanskerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:

vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam.

Terjemahannya menurut Vogel :

"Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara".

Selain itu, terdapat pula gambar sepasang "padatala" (telapak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan &mdash& berfungsi seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.

Salinan gambar prasasti Ciaruteun dari buku The Sunda Kingdom of West Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor. Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Selain itu terdapat juga lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.

Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun memiliki 2 arti dasar yaitu:

1. Cap telapak kaki raja melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut).

2. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai titisan dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan sebagai titisan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat Tarumanegara.

5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor.


Prasasti Muara Cianten terletak di tepi (sungai) Cisadane dekat Muara Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti Pasir Muara (Pasiran Muara) karena memang masuk ke wilayah kampung Pasirmuara.Ditemukan di Bogor ditulis dalam aksara iklal yang belum dapat dibaca. Disamping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.

6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor.


Di wilayah Bogor, masih terdapat satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:

shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.

Terjemahannya menurut Vogel :
                                                                                           
"Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya, kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya".

7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor.


Ditemukan didaerah leuwiliang,juga tertulis dalam aksara iklal yang belum dapat dibaca. Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki.

8. Prasasti Pasir Muara.



Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti tersebut kini tidak lagi berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :

ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda

Terjemahannya menurut Bosch :

"Inilah tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda".

Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi.

SUMBER SEJARAH KERAJAAN TARUMANEGARA DARI LUAR NEGERI

Sumber-sumber dari luar negeri semuanya berasal dari berita negeri Tiongkok.

1. Berita Dari Perjalanan Fa Hien, tahun 414M.


Dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya animisme).

Ye Po Ti selama ini sering dianggap sebutan Fa Hien untuk Jawadwipa, tetapi ada pendapat lain yang mengajukan bahwa Ye-Po-Ti merupakan Way Seputih di Lampung, di daerah aliran way seputih (sungai seputih) hal ini ditemukan bukti-bukti peninggalan kerajaan kuno berupa punden berundak dan lain-lain yang sekarang terletak di taman purbakala Pugung Raharjo, meskipun saat ini Pugung Raharjo terletak puluhan kilometer dari pantai tetapi tidak jauh dari situs tersebut ditemukan batu-batu karang yg menunjukan daerah tersebut dulu merupakan daerah pantai persis penuturan Fa hien(rujukan).

2. Berita Dinasti Sui.


Menceritakan bahwa sekitar tahun 528 dan 535 M telah datang utusan dari To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.

3. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa antara tahun 666 dan 669 M telah datang utusan dari To-lo-mo.


Dari tiga sumber berita sejarah luar negeri di atas, banyak diantara para ahli yang menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Ta-ru-ma atau Tarumanegara.

Berdasarkan sumber-sumber yang telah disebutkan sebelumnya (diatas) maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang Taruma.

Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasast-prasati tersebut diketahui raja yang pernah memerintah pada masa itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.

Berikut ini adalah beberapa daftar nama dari situs artefak Kerajaan Tarumanegara :

1. Kampung Muara Menhir (3).

    Batu dakon (2).
    Arca batu tidak berkepala.
    Struktur Batu kali.
    Kuburan (tua).

2. Ciampea Arca gajah (batu) Rusak berat.

3. Gunung Cibodas Arca Terbuat dari batu kapur.

    3 arca duduk.
    Arca raksasa.
    Arca (?) Fragmen.
    Arca dewa.
    Arca dwarapala.
    Arca brahma Duduk diatas angsa.
    (Wahana Hamsa).

Dilengkapi dengan padmasana

    Arca (berdiri) Fragmen kaki dan lapik
    (Kartikeya)
    Arca singa (perunggu) Mus.Nas.no.771

4. Tanjung Barat Arca siwa (duduk) perunggu Mus.Nas.no.514a.

5. Tanjungpriok Arca Durga-Kali Batu granit Mus.Nas. no.296a.

6. Tidak diketahui Arca Rajaresi Mus.Nas.no.6363.

7. Cilincing sejumlah besar pecahan settlement pattern.

8. Buni perhiasan emas dalam periuk settlement pattern.

    Tempayan.
    Beliung.
    Logam perunggu.
    Logam besi.
    Gelang kaca.
    Manik-manik batu dan kaca.
    Tulang belulang manusia.
    Sejumlah besar gerabah bentuk wadah.


9. Batujaya (Karawang).

Unur (hunyur) sruktur bata Percandian.

    Segaran I
    Segaran II
    Segaran III
    Segaran IV
    Segaran V
    Segaran VI
    Talagajaya I
    Talagajaya II
    Talagajaya III
    Talagajaya IV
    Talagajaya V
    Talagajaya VI
    Talagajaya VII

10. Cibuaya Arca Wisnu I.

    Arca Wisnu II
    Arca Wisnu III
    Lmah Duwur Wadon Candi I
    Lmah Duwur Lanang Candi II
    Pipisan batu

Terdapat bukti-bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa prasasti batu yang telah ditemukan, sedangkan dari luar negeri berasal dari catatan sejarah kerajaan cina.

Comments